DIMAS OCTO SANDJAYA
12411124/3IB02
DEPRESIASI
Depresiasi adalah penurunan dalam nilai fisik properti seiring
dengan waktu dan penggunaannya.
Dalam konsep akuntansi, depresiasi adalah pemotongan tahunan terhadap
pendapatan sebelum pajak sehingga pengaruh waktu dan penggunaan atas nilai aset
dapat terwakili dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Depresiasi adalah
biaya non-kas yang berpengaruh terhadap pajak pendapatan.
Biaya Awal(First Cost atau
Unadjusted Basis) adalah biaya pemasangan
dari asset termasuk biaya pembelian, pengiriman dan fee pemasangan, dan biaya
langsung lainnya yang dapat dideprisiasikan termasuk persiapan asset untuk
digunakan. Istilah unadjusted basis atau simple basis, serta simbul B
dipergunakan ketika asset masih dalam keadaan baru.
Periode Pengembalian(Recovery
Period) adalah umur depresiasi, n, dari
asset dalam tahun untuk tujuan depresiasi.
Nilai
Buku(Book Value) adalah gambaran sisa,
investasi yang belum terdepresiasi pada buku setelah dikurangi jumlah total
biaya depresiasi pada waktu itu. Nilai buku BVt selalu ditentukan pada akhir
tahun.
Nilai Pasar(Market Value) adalah Perkiraan nilai asset yang realistis jika
asset tersebut dijual pada pasar bebas.
Tingkat
Depresiasi (Depreciation Rate atau Recovery Rate) adalah fraksi dari biaya awal yang diambil dengan depresiasi setiap
tahun. Tingkat ini adalah dt, mungkin sama setiap tahun yang sering disebut
dengan straight-line rate atau berbeda setiap tahun pada periode
pengembaliannya.
Nilai
Sisa (Salvage Value) adalah
Perkiraan nilai jual atau nilai pasar pada akhir masa pakai dari asset
tersebut. Nilai sisa SV.
Syarat property yang dapat terdepresiasi
1. Harus digunakan
dalam usaha atau dipertahankan untuk menghasilkan
pendapatan.
2. Harus mempunyai
umur manfaat tertentu, dan umurnya harus lebih lama dari
setahun.
3. Merupakan sesuatu
yang digunakan sampai habis, mengalami peluruhan/
kehancuran, usang, atau
mengalami pengurangan nilai dari nilai asalnya.
4. Bukan inventaris,
persediaan atau stok penjualan, atau properti investasi.
Properti yang dapat didepresiasi dikelompokkan menjadi
1. Nyata / tangible
adalah benda yang dapat dilihat atau dipegang.
Terdiri dari :
a) property
personal/personal property (mesin-mesin, kendaraan,peralatan,
furniture).
b) property
riil/real property (seperti tanah dan segala sesuatu yang dikeluarkan
dari atau tumbuh yang berdiri di
atas tanah tersebut).
2. Tidak nyata /
intangible
Contoh
intangible : Properti personal seperti
hak cipta, paten atau franchise.
Alasan depresiasi menjadi komponen penting dalam ekonomi
teknik
1. Dapat dipergunakan
untuk mengetahui nilai suatu asset sesuai dengan waktu.
2. Dapat dipergunakan
untuk mengalokasikan depresiasi (accounting depreciation) nilai asset tersebut.
Pengalokasian tersebut dipergunakan untuk menjamin bahwa asset yang telah
diinvestasikan dapat diperoleh kembali setelah masa layannya selesai.
3. Dengan depresiasi dapat
dipergunakan untuk pengurangan pengenaan pajak dengan jalan bahwa asset yang
diinvestasikan diperhitungkan sebagai biaya produksi, sehingga hal ini
berkaitan dengan pajak.
Hal yang memungkinkan terjadinya depresiasi
Hal-hal yang menyebabkan
penyusutan:
1. Faktor Teknis
a. rusak
b. aus
c. bencana alam dll
2. Faktor Ekonomis
a. Harga perolehan
b. nilai sisa
c. Umur ekonomis
Dalam menghitung
depresiasi kita dapat menggunakan beberapa metode antara lain
1. Metode
garis lurus (straight line method)
Dalam metode ini penentuan besar penyusutan setiap tahun
selama umur ekonomis sama besar, sehingga jika dibuat grafiknya terhadap
waktu, dan akumulasi biaya akan berupa garis lurus.
Besar penyusutan tiap tahun dapat dihitung dengan rumus:
Besar Penyusutan = (Harga Perolehan - Nilai Sisa) : umur ekonomis
Contoh kasus
Pada 1 Agustus 2000 Gerry membeli sebuah sepedah motor kawasaki Ninja
250cc seharga Rp.35.000.000,-. Untuk biaya keperluan lainnya dibayar
Rp.1.000.000,-. Sepedah motor tersebut ditaksir memiliki umur
ekonomis 5 tahun dengan nilai sisa Rp.23.000.000,-
Pertanyaan : Hitunglah penyusutan pada tahun 2000
Jawab :
Penyusutan tahun 2000 dihitung dari tanggal 1 Agustus 2000 s/d 31 Desember
2000 = 5 bulan:
Besar Penyusutan tahun 2000 = ( (5/12) x (36.000.000 -
23.000.000) ) : 5 = Rp 1.083.333,-
2.Metode
tariff tetap atas nilai buku
Dalam metode ini,
penentuan besar penyusutan dilakukan dengan cara
pengalokasian harga perolehan AT dgn persentase ttt dr nilai buku utk setiap
periode akuntansi
a.metode saldo menurun (declining balance method)
besar penyusutan dapat dihitung dengan rumus
Tarif = 1- ns 1/n
hp
Tentukan besar penyusutan
Besar Penyusutan = Tarif x Nilai Buku
Nilai Buku = Harga Perolehan – Akumulasi Penyusutan
Contoh kasus :
Tgl 1 Februari 2001 Gunadarma membeli sebuah AC Rp.3.500.000,-. Untuk
biaya pemasangan dan keperluan lainnya
dibayar Rp.100.000,- Mesin tesebut ditaksir memiliki umur ekonomis 8 tahun
dengan nilai sisa Rp.800.000,- Cara menghitung
Diminta : Hitunglah penyusutan pada tahun 2001
Penyelesaian:
Tarif = 1 – (800.000/3.600.000) 1/8 = 1 – (0,222) 1/8
=1 – 0.828= 0,172=17,2 %
Penyusutan tahun 2001 dihitung dari tanggal 1 Februari 2001 s.d 31
Desember 2001 = 11 bulan
Besar penyusutan tahun 2001 = 11/12 x 17,2 % x Rp.3500.000,-
= Rp.551.833,-
b.metode saldo menurun ganda (double declining method)
Langkah-langkah Perhitungan:
1. Tentukan Tarif penyusutan
Tarif = 2 x (100%/UE)
2. Besar Penyusutan = Tarif x Nilai Buku
Nilai Buku = Harga Perolehan – Akumulasi Penyusutan
Contoh kasus :
Tgl 1 Februari 2001 Gunadarma membeli sebuah AC Rp.3.500.000,-. Untuk
biaya pemasangan dan keperluan lainnya
dibayar Rp.100.000,- Mesin tesebut ditaksir memiliki umur ekonomis 8 tahun dgn
nilai sisa Rp.800.000,- Cara menghitung
Tarif = 2 x (100%/8)
= 25 %
Penyusutan tahun 2001 dihitung tgl 1 Februari 2001 s.d 31 Desember 2001
= 11 bulan
Besar penyusutan tahun 2001 = 11/12 x 25 % x Rp.3.600.000,-
= Rp.825.000,-
3. Metode
jumlah angka tahun (sum of the years digits method)
Metode ini disebut jumlah
angka-angka tahun karena tarif depresiasinya didasarkan pada suatu pecahan yang
:
* Pembilangnya adalah tahun-tahun pemakaian aktiva yang masih tersisa sejak awal tahun ini.
* Penyebutnya adalah jumlah tahun-tahun sejak tahun pertama hingga tahun pemakaian yang terakhir
* Pembilangnya adalah tahun-tahun pemakaian aktiva yang masih tersisa sejak awal tahun ini.
* Penyebutnya adalah jumlah tahun-tahun sejak tahun pertama hingga tahun pemakaian yang terakhir
Langkah-langkah
perhitungan:
1. Tentukan jumlah angka
tahun (JAT)
JAT = nx ((n+1)/2)
2. Tentukan besar
penyusutan
Besar Penyusutan = AT
x (HP-NS)
JAT
Contoh kasus:
Sebuah mesin dibeli seharga Rp. 2500.000,- ditaksir memiliki umur ekonomis
selama 5 tahun atau 500.000 jam kerja dan diperkirakan memiliki nilai sisa
sebesar Rp. 500.000,-. Hitunglah besar penyusutan bila diketahui jam kerja
setiap tahun sebagai:
Tahun ke 1 = 100.000 jam
Tahun ke 2 = 120.000 jam
Tahun ke 3 = 130.000 jam
Tahun ke 4 = 80.000 jam
Tahun ke 5 = 70.000 jam
Penyelesaian:
Besar Penyusutan tahun 1 =
100.000 x 2500.000 – 500.000 = Rp.400.000,-
500.000
Besar Penyusutan tahun 2 =
120.000 x 2500.000 – 500.000 = Rp.480.000,-
500.000
Besar Penyusutan tahun 3 =
130.000 x 2500.000 – 500.000 = Rp.520.000,-
500.000
Besar Penyusutan tahun 4 =
80.000 x 2500.000 – 500.000 = Rp.320.000,-
500.000
Besar Penyusutan tahun 5 =
70.000 x 2500.000 – 500.000 = Rp.280.000,-
500.000
Kapasitas produksi suatu aktiva tetap dijadikan pedoman dalam penentuan
besarnya depresiasi, dan besarnya produksi yang dilakukan dalam kapasitas
produksi tersebut merupakan metode yang digunakan untuk menghitung depresiasi.
Rumus menghitung depresiasi :
Tarif depresiasi =
Harga perolehan-nilai sisa/kapasitas produksi
Contoh:
PT Garuda Nusantara membeli mesin penggilingan padi seharga
Rp.10.000.000 dengan kapasitas produksi 50 ton beras, umur 4 tahun. Adapun
perincian pemakaian selama 4 tahun tersebut :
Tahun 1 : 15 ton
Tahun 2 : 10 ton
Tahun 3 : 20 ton
Tahun 4 : 5 ton
Jawab :
Depresiasi tahun.ke1 = Rp.10.000.000/50 ton x 15 ton = Rp. 3.000.000,-
Jurnal pada akhir tahun ke 1 :
D : Beban Dep.-Penggilingan Padi Rp. 3.000.000
K : Akumulasi Dep.-Penggilingan Pad=====Rp. 3.000.000
Depresiasi tahun ke 2 := Rp. 200.000 x 10 ton = Rp. 2.000.000
Jurnal pada akhir tahun ke 2 :
Beban Dep.-Penggilingan Padi Rp.2.000.000
Akumulasi Dep.-Penggilingan Padi====== Rp. 2.000.000
Depresiasi tahun ke 3 = Rp. 200.000 x 20 ton = Rp. 4.000.000
Jurnal pada akhir tahun ke 3 :
D : Beban Dep.-Penggilingan Padi Rp.4.000.000
K : Akumulasi Dep.-Penggilingan Padi====Rp. 4.000.000
Depresiasi tahun ke 4 = Rp. 200.000 x 5 ton = R. 1.000.000
Jurnal pada akhir tahun ke 4 :
D : Beban Dep.-Penggilingan Padi Rp. 1.000.000,-
K : Akumulasi Dep.-Penggilingan Pad==== Rp. 1.000.000
Tahun 2 : 10 ton
Tahun 3 : 20 ton
Tahun 4 : 5 ton
Jawab :
Depresiasi tahun.ke1 = Rp.10.000.000/50 ton x 15 ton = Rp. 3.000.000,-
Jurnal pada akhir tahun ke 1 :
D : Beban Dep.-Penggilingan Padi Rp. 3.000.000
K : Akumulasi Dep.-Penggilingan Pad=====Rp. 3.000.000
Depresiasi tahun ke 2 := Rp. 200.000 x 10 ton = Rp. 2.000.000
Jurnal pada akhir tahun ke 2 :
Beban Dep.-Penggilingan Padi Rp.2.000.000
Akumulasi Dep.-Penggilingan Padi====== Rp. 2.000.000
Depresiasi tahun ke 3 = Rp. 200.000 x 20 ton = Rp. 4.000.000
Jurnal pada akhir tahun ke 3 :
D : Beban Dep.-Penggilingan Padi Rp.4.000.000
K : Akumulasi Dep.-Penggilingan Padi====Rp. 4.000.000
Depresiasi tahun ke 4 = Rp. 200.000 x 5 ton = R. 1.000.000
Jurnal pada akhir tahun ke 4 :
D : Beban Dep.-Penggilingan Padi Rp. 1.000.000,-
K : Akumulasi Dep.-Penggilingan Pad==== Rp. 1.000.000
DEPLESI
Deplesi merupakan istilah
lain dari penyusutan atau amortisasi. Deplesi digunakan khusus untuk sumber
daya alam yang tidak dapat diperbaharui, misalnya bijih besi, hasil tambang,
kayu hutan dsbnya.
Deplesi dihitung dengan tarif deplesi yang diperoleh dari Beban yang dikeluarkan untuk mendapatkan hak penambangan dibagi estimasi hasil yang akan diperoleh.
Ilustrasi 1 :
PT Andalan Tambang memperoleh hak penambangan sebesar Rp. 500.000.000.000,- Estimasi hasil yang terkandung didalamnya sebesar 1.000.000 ton bahan tambang. Tahun pertama berhasil ditambang sebesar 26.500 ton, maka Jurnal Deplesi yang dilakukan akhir tahun pertama adalah :
D : Beban Deplesi=== Rp. 13.250.000.000,-
K : Akumulasi Deplesi====== Rp. 13.250.000.000,-
Keterangan:
Besarnya deplesi tergantung pada jumlah ton yang berhasil ditambang.
Deplesi dihitung dengan tarif deplesi yang diperoleh dari Beban yang dikeluarkan untuk mendapatkan hak penambangan dibagi estimasi hasil yang akan diperoleh.
Ilustrasi 1 :
PT Andalan Tambang memperoleh hak penambangan sebesar Rp. 500.000.000.000,- Estimasi hasil yang terkandung didalamnya sebesar 1.000.000 ton bahan tambang. Tahun pertama berhasil ditambang sebesar 26.500 ton, maka Jurnal Deplesi yang dilakukan akhir tahun pertama adalah :
D : Beban Deplesi=== Rp. 13.250.000.000,-
K : Akumulasi Deplesi====== Rp. 13.250.000.000,-
Keterangan:
Besarnya deplesi tergantung pada jumlah ton yang berhasil ditambang.
Link :
http://solusiakun.blogspot.com/2009/11/d-e-p-l-e-s-i-deplesi-merupakan-istilah_10.html