Selasa, 03 Desember 2013

DEPRESIASI



DIMAS OCTO SANDJAYA
12411124/3IB02

DEPRESIASI
            Depresiasi adalah penurunan dalam nilai fisik properti seiring dengan waktu dan penggunaannya.
            Dalam konsep akuntansi, depresiasi adalah pemotongan tahunan terhadap pendapatan sebelum pajak sehingga pengaruh waktu dan penggunaan atas nilai aset dapat terwakili dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Depresiasi adalah biaya non-kas yang berpengaruh terhadap pajak pendapatan.
            Biaya Awal(First Cost atau Unadjusted Basis) adalah biaya pemasangan dari asset termasuk biaya pembelian, pengiriman dan fee pemasangan, dan biaya langsung lainnya yang dapat dideprisiasikan termasuk persiapan asset untuk digunakan. Istilah unadjusted basis atau simple basis, serta simbul B dipergunakan ketika asset masih dalam keadaan baru.
            Periode Pengembalian(Recovery Period) adalah umur depresiasi, n, dari asset dalam tahun untuk tujuan depresiasi.
Nilai Buku(Book Value) adalah gambaran sisa, investasi yang belum terdepresiasi pada buku setelah dikurangi jumlah total biaya depresiasi pada waktu itu. Nilai buku BVt selalu ditentukan pada akhir tahun.
            Nilai Pasar(Market Value) adalah Perkiraan nilai asset yang realistis jika asset tersebut dijual pada pasar bebas.
Tingkat Depresiasi (Depreciation Rate atau Recovery Rate) adalah fraksi dari biaya awal yang diambil dengan depresiasi setiap tahun. Tingkat ini adalah dt, mungkin sama setiap tahun yang sering disebut dengan straight-line rate atau berbeda setiap tahun pada periode pengembaliannya.
Nilai Sisa (Salvage Value) adalah Perkiraan nilai jual atau nilai pasar pada akhir masa pakai dari asset tersebut. Nilai sisa SV.

Syarat property yang dapat terdepresiasi

1. Harus digunakan dalam usaha atau dipertahankan untuk menghasilkan
pendapatan.
2. Harus mempunyai umur manfaat tertentu, dan umurnya harus lebih lama dari
setahun.
3. Merupakan sesuatu yang digunakan sampai habis, mengalami peluruhan/
kehancuran, usang, atau mengalami pengurangan nilai dari nilai asalnya.
4. Bukan inventaris, persediaan atau stok penjualan, atau properti investasi.

Properti yang dapat didepresiasi dikelompokkan menjadi

1.  Nyata / tangible adalah benda yang dapat dilihat atau dipegang.
Terdiri dari :
            a) property personal/personal property (mesin-mesin, kendaraan,peralatan, furniture).
            b) property riil/real property (seperti tanah dan segala sesuatu yang dikeluarkan dari atau         tumbuh yang berdiri di atas tanah tersebut).
2. Tidak nyata / intangible
Contoh intangible : Properti personal seperti hak cipta, paten atau franchise.

Alasan depresiasi menjadi komponen penting dalam ekonomi teknik

1. Dapat dipergunakan untuk mengetahui nilai suatu asset sesuai dengan waktu.
2. Dapat dipergunakan untuk mengalokasikan depresiasi (accounting depreciation) nilai asset tersebut. Pengalokasian tersebut dipergunakan untuk menjamin bahwa asset yang telah diinvestasikan dapat diperoleh kembali setelah masa layannya selesai.
3. Dengan depresiasi dapat dipergunakan untuk pengurangan pengenaan pajak dengan jalan bahwa asset yang diinvestasikan diperhitungkan sebagai biaya produksi, sehingga hal ini berkaitan dengan pajak.

Hal yang memungkinkan terjadinya depresiasi
Hal-hal yang menyebabkan penyusutan:
1. Faktor Teknis
            a. rusak
            b. aus
            c. bencana alam dll
2. Faktor Ekonomis
            a. Harga perolehan
            b. nilai sisa
            c. Umur ekonomis

Dalam menghitung depresiasi kita dapat menggunakan beberapa metode antara lain

1. Metode garis lurus (straight line method)
            Dalam metode ini penentuan besar penyusutan setiap tahun selama umur  ekonomis sama besar, sehingga jika dibuat grafiknya terhadap waktu, dan akumulasi   biaya akan berupa garis lurus.

Besar penyusutan tiap tahun dapat dihitung dengan rumus:

Besar Penyusutan = (Harga Perolehan - Nilai Sisa) : umur ekonomis

Contoh kasus
Pada  1 Agustus 2000 Gerry membeli sebuah sepedah motor kawasaki Ninja 250cc seharga Rp.35.000.000,-. Untuk biaya keperluan lainnya dibayar    Rp.1.000.000,-. Sepedah motor tersebut ditaksir memiliki umur ekonomis 5 tahun dengan nilai sisa Rp.23.000.000,-

Pertanyaan : Hitunglah penyusutan pada tahun 2000
Jawab :

Penyusutan tahun 2000 dihitung dari tanggal 1 Agustus 2000 s/d 31 Desember 2000 = 5 bulan:
Besar Penyusutan tahun 2000 = ( (5/12) x (36.000.000 - 23.000.000) ) : 5 = Rp 1.083.333,-

2.Metode tariff tetap atas nilai buku
            Dalam metode ini, penentuan besar penyusutan dilakukan dengan cara     pengalokasian harga perolehan AT dgn persentase ttt dr nilai buku utk setiap     periode akuntansi
a.metode saldo menurun (declining balance method)
besar penyusutan dapat dihitung dengan rumus
Tarif = 1- ns  1/n
hp
Tentukan besar penyusutan
Besar Penyusutan = Tarif x Nilai Buku
Nilai Buku  = Harga Perolehan – Akumulasi Penyusutan

Contoh kasus :
Tgl 1 Februari 2001 Gunadarma membeli sebuah AC Rp.3.500.000,-. Untuk       biaya pemasangan dan keperluan lainnya dibayar Rp.100.000,- Mesin tesebut ditaksir memiliki umur ekonomis 8 tahun dengan nilai sisa Rp.800.000,- Cara menghitung

Diminta : Hitunglah penyusutan pada tahun 2001

Penyelesaian:

Tarif = 1 – (800.000/3.600.000) 1/8 = 1 – (0,222) 1/8 =1 – 0.828= 0,172=17,2 %

Penyusutan tahun 2001 dihitung dari tanggal 1 Februari 2001 s.d 31 Desember 2001 = 11   bulan
Besar penyusutan tahun 2001 = 11/12 x 17,2 % x Rp.3500.000,-
= Rp.551.833,-

b.metode saldo menurun ganda (double declining method)

Langkah-langkah Perhitungan:
1. Tentukan Tarif penyusutan
Tarif = 2 x (100%/UE)
2. Besar Penyusutan = Tarif  x Nilai Buku
Nilai Buku = Harga Perolehan – Akumulasi Penyusutan

Contoh kasus :
Tgl 1 Februari 2001 Gunadarma membeli sebuah AC Rp.3.500.000,-. Untuk       biaya pemasangan dan keperluan lainnya dibayar Rp.100.000,- Mesin tesebut ditaksir memiliki umur ekonomis 8 tahun dgn nilai sisa Rp.800.000,- Cara menghitung

Tarif = 2 x (100%/8)
= 25 %

Penyusutan tahun 2001 dihitung tgl 1 Februari 2001 s.d 31 Desember 2001 = 11 bulan
Besar penyusutan tahun 2001 = 11/12 x 25 % x Rp.3.600.000,-
= Rp.825.000,-

3. Metode jumlah angka tahun (sum of the years digits method)

Metode ini disebut jumlah angka-angka tahun karena tarif depresiasinya didasarkan pada suatu pecahan yang :
* Pembilangnya adalah tahun-tahun pemakaian aktiva yang masih tersisa sejak awal tahun ini.
* Penyebutnya adalah jumlah tahun-tahun sejak tahun pertama hingga tahun pemakaian yang terakhir


Langkah-langkah perhitungan:
1. Tentukan jumlah angka tahun (JAT)
JAT = nx ((n+1)/2)

2. Tentukan besar penyusutan
Besar Penyusutan = AT  x  (HP-NS)
JAT

Contoh kasus: Sebuah mesin dibeli seharga Rp. 2500.000,- ditaksir memiliki umur ekonomis selama 5 tahun atau 500.000 jam kerja dan diperkirakan memiliki nilai sisa sebesar Rp. 500.000,-. Hitunglah besar penyusutan bila diketahui jam kerja setiap tahun sebagai:
Tahun ke 1 = 100.000 jam
Tahun ke 2 = 120.000 jam
Tahun ke 3 = 130.000 jam
Tahun ke 4 = 80.000 jam
Tahun ke 5 = 70.000 jam

Penyelesaian:
Besar Penyusutan tahun 1 =
100.000 x 2500.000 – 500.000 = Rp.400.000,-
500.000
Besar Penyusutan tahun 2 =
120.000 x 2500.000 – 500.000 = Rp.480.000,-
500.000
Besar Penyusutan tahun 3 =
130.000 x 2500.000 – 500.000 = Rp.520.000,-
500.000
Besar Penyusutan tahun 4 =
80.000 x 2500.000 – 500.000 = Rp.320.000,-
500.000
Besar Penyusutan tahun 5 =
70.000 x 2500.000 – 500.000 = Rp.280.000,-
500.000


Kapasitas produksi suatu aktiva tetap dijadikan pedoman dalam penentuan besarnya depresiasi, dan besarnya produksi yang dilakukan dalam kapasitas produksi tersebut merupakan metode yang digunakan untuk menghitung depresiasi.

Rumus menghitung depresiasi :

Tarif depresiasi =
Harga perolehan-nilai sisa/kapasitas produksi

Contoh:
PT Garuda Nusantara membeli mesin penggilingan padi seharga Rp.10.000.000 dengan kapasitas produksi 50 ton beras, umur 4 tahun. Adapun perincian pemakaian selama 4 tahun tersebut :
Tahun 1 : 15 ton
Tahun 2 : 10 ton
Tahun 3 : 20 ton
Tahun 4 : 5 ton

Jawab :

Depresiasi tahun.ke1 = Rp.10.000.000/50 ton x 15 ton = Rp. 3.000.000,-

Jurnal pada akhir tahun ke 1 :

D : Beban Dep.-Penggilingan Padi Rp. 3.000.000
K : Akumulasi Dep.-Penggilingan Pad=====Rp. 3.000.000

Depresiasi tahun ke 2 := Rp. 200.000 x 10 ton = Rp. 2.000.000

Jurnal pada akhir tahun ke 2 :

Beban Dep.-Penggilingan Padi Rp.2.000.000
Akumulasi Dep.-Penggilingan Padi====== Rp. 2.000.000

Depresiasi tahun ke 3 = Rp. 200.000 x 20 ton = Rp. 4.000.000

Jurnal pada akhir tahun ke 3 :

D : Beban Dep.-Penggilingan Padi Rp.4.000.000
K : Akumulasi Dep.-Penggilingan Padi====Rp. 4.000.000

Depresiasi tahun ke 4 = Rp. 200.000 x 5 ton = R. 1.000.000

Jurnal pada akhir tahun ke 4 :

D : Beban Dep.-Penggilingan Padi Rp. 1.000.000,-
K : Akumulasi Dep.-Penggilingan Pad==== Rp. 1.000.000


DEPLESI

Deplesi merupakan istilah lain dari penyusutan atau amortisasi. Deplesi digunakan khusus untuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, misalnya bijih besi, hasil tambang, kayu hutan dsbnya.

Deplesi dihitung dengan tarif deplesi yang diperoleh dari Beban yang dikeluarkan untuk mendapatkan hak penambangan dibagi estimasi hasil yang akan diperoleh.

Ilustrasi 1 :

PT Andalan Tambang memperoleh hak penambangan sebesar Rp. 500.000.000.000,- Estimasi hasil yang terkandung didalamnya sebesar 1.000.000 ton bahan tambang. Tahun pertama berhasil ditambang sebesar 26.500 ton, maka Jurnal Deplesi yang dilakukan akhir tahun pertama adalah :

D : Beban Deplesi=== Rp. 13.250.000.000,-
K : Akumulasi Deplesi====== Rp. 13.250.000.000,-

Keterangan:

Besarnya deplesi tergantung pada jumlah ton yang berhasil ditambang.


Link :
http://solusiakun.blogspot.com/2009/11/d-e-p-l-e-s-i-deplesi-merupakan-istilah_10.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar